Minggu, 27 November 2011

HIKMAH DIBALIK MUSIBAH

HIKMAH DIBALIK MUSIBAH

Di sebuah desa yang bernama Klarawangi hidup sebuah keluarga kecil yang sangat rukun dan berbahagia. Kepala keluarganya bernama pak Hikmat. Beliau bekerja sebagai sekretaris di kecamatan Hergamanah. Istrinya bu Nurahmi, pak Hikmat dan bu Nurahmi mempunyai anak yang bernama Gandara, dia masih bersekolah dan sekarang ia duduk di kelas enam di SD Negeri Klarawangi. Dalam kehidupan sehari-hari keluarga pak Hikmat selalu rajin belajar beribadah.
Di dekat desa Klarawangi ada desa yang bernama desa Danarwana. Saat itu desa Danarwana sekarang sedang terjadi musibah. Para petani di desa Danarwana mengalami kegagalan panen karena kemarau yang berkepanjangan dan tanah di desa Danarwanapun rusak karena penggunaan pupuk pestisida dan herbisida yang salah kaprah dan berlebihan sehingga di desa Danarwana hampir saja terjadi kelaparan karena telah kehabisan stok bahan pangan di sana.
Batas antara desa Danarwana dan desa Klarawangi adalah dusun Pariwana. Dusun Pariwana merupakan daerah perbukitan. Di Pariwana banyak sekali petani yang menyewakan tanahnya kepada perusahaan pengerukan pasir tapi banyak juga petani yang menentang perusahaan itu.
Pada pagi yang sangat cerah Gandara ke sekolah, ketika di perjalanan Gandara dihentikan dengan pemandangan yang sangat aneh. Pemandangan aneh itu adalah sebuah mobil mini bus butut yang berhenti di timur pasar dan mobil butut itu memuat sekitar lima belasan anak remaja yang diantarkan dua lelaki yang berusia sekitar 33 tahun dan 35 tahun. Dan Gandarapun memperhatikannya. Gandarapun semakin terkejut ketika melihat anak-anak itu dibentuk kelompok-kelompok dan setiap kelompoknya dipimpin oleh seorang yang ditunjuk okeh dua lelaki tadi. Kemudian dua lelaki tadi memberikan petunjuk-petunjuk dan batasan-batasan wilayah kerja masing-masing kemudian semua anak-anak tadi menyebar, Gandara semakin terkejut ketika melihat mereka mengemis ternyata dua lelaki tadi telah memperkerjakan anak-anak remaja tadi sebagai pengemis.
Setelah hari telah siang Gandarapun pulang dari sekolah. Setelah tiba di rumah Gandara menceritakan apa yang dilihatnya kepada ibunya. Ibunyapun sempat terkejut mendengar cerita dari Gandara. Setelah lama ibu dan Gandara berbincang-bincang terdengar suara orang mengetuk pintu. Lalu ibu menyuruh Gandara membukanya. Ternyata yang datang itu adalah seorang perempuan yang seumurnya.



Perempuan itu mencari ibu Gandara, kemudian Gandarapun memanggilkan ibunya dan ibunyapun menemuinya. Dalam hati ibu Nurahmi berkata bahwa dia tidak mengenal gadis itu. Kemudian ibu bertanya kepada gadis itu “siapa namamu nak?” dan gadis itupun menjawab “Supini alias Upi bu”. Upi adalah gadis yang berpakaian rusuh dan berambut kumal. Sambil menangis dan menundukkan kepalanya Upi meminta kepada bu Nurahmi untuk menyembunyikannya dan bu Nurahmipun semakin bingung, kemudian mengajak Upi masuk ke dalam rumah dan ibu Nurahmi menyuruh Upi supaya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Dan Upipun menceritakan bahwa dia sedang dikejar-kejar oleh dua lelaki yang bernama Karto dan Marku, bu Nurahmipun tidak mengerti apa yang dimaksudkan Upi. Kemudian Upi menceritakan secara gamblang apa yang terjadi pada dirinya.
Upi bercerita Karto dan Marku adalah seorang yang membohonginya. Upi adalah gadis miskin yang berasal dari desa Kurthaharja yang tidak jauh dari desa Klarawangi. Dulu waktu di Kurthaharja Upi tinggal dengan neneknya dan kini neneknya sudah meninggal dunia, setelah neneknya meninggal dunia Upi menjadi hidup sebatang kara dan Upipun jadi putus sekolah. Karena dari Upi kecil orang tuanya telah bercerai dan Upipun tidak tahu dimana kedua orang tuanya kini berada. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari Upi dibantu saudaranya yang juga miskin dan mempunyai anak banyak. Kemudian Upi mendapat tawaran bahwa Upi akan diasuh oleh seseorang tapi Upi harus ikut ke kota. Kemudian Upi meminta izin kepada saudaranya dan saudaranyapun mengizinkannya.
Hati Upipun sangat senang karena ia dapat melanjutkan sekolah lagi. Kemudian Upi ikut ke kota, setelah tiba di kota Upi ditempatkan di sebuah bangunan darurat ternyata bangunan itu tempat penyekapan anak-anak. Ketika di bangunan darurat itu Upi dan anak-anak diajarkan cara-cara mengemis oleh Karto dan Marku. Setelah itupun anak-anak yang disekap di bangunan itupun disuruhnya mengemis dan hasilnya harus diserahkan kepada Karto dan Marku. Merekapun tidak segan-segan memberikan hukuman jika anak-anak yang disekap itu membentahnya.
Mereka sering memperlakukan anak-anak itu secara tidak duniawi, anak-anak itu juga sering tidak diberi makan. Karto dan marku menyuruh agar anak-anak yang ditampungnya mengaku bahwa dia berasal dari desa Danarwana yang saat ini sedang terkena musibah agar semua orang percaya dan mengasihinya. Akhirnya Upipun melarikan diri dari tawanan Karto dan Marku karena bagi Upi pekerjaan meminta-minta bertentangan dengan cita-cita dan hati nuraninya.
Pada suatu siang sepulang sekolah Gandara dan enam temannya pergi ke pariwana untuk melihat keadaan disana. Setelah tiba disana Gandara dan teman-temannya melihat traktor dan buldoser yang sedang mengeruki tanah. Gandara dan teman-temannya duduk di bawah pohon yang sangat besar yang berjarak kira-kira 75 m dari tempat traktor dan buldoser itu bekerja


dan kebetulan juga tempat Gendara dan teman-temannya duduk lebih tinggi dari pada tempat kerja. Sehingga mereka dapat melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi. Tidak lama kemudian ada rombongan bapak-bapak yang berjumlah kira-kira tiga puluhan orang. Mereka mendemo pekerja itu karena makam leluhur mereka telah digusur, tapi pekerja itu tidak menggubrisny. Diantara pekerja dan bapak-bapak pendemo hamper saja terjadi pertikaian karena salah satu diantara pekerja akan dikeroyok oleh-bapak-bapak pendemo tapi untung saja pak kades datang dan melerainya akhirnya mereka tidak jadi bertengkar.
Pada suatu hari pada saat liburan sekolah gandara diminta Yurita untuk mengantarkan membeli ikan hias untuk mengisi akuarium, ibu ingin membeli akuarium tapi Gandara melarangnya karena Gandara dapat membuatnya sendiri. Ibupun tidak jadi membeli akuarium ibu menyuruh Gandara membeli bahan untuk membuat akuarium. Setelah membeli ikan Gandara tidak langsung pulang tapi mampir dulu kerumah Yurita untuk bermain. Ketika di perjalanan Gandara melihat seorang gadis yang sedang dipalak uangnya oleh lelaki remaja. Gandara dan Yuritapun menolongnya.
Ternyata anak lelaki itu bernama Dokir dia adalah anak buah Karto dan Marku yang pernah menanyakan Upi di depan rumah Gandara. Sedangkan anak perempuan yang berani melawan Dokir walaupun tidak berhasil itu adalah Dita. Dita tidak dapat berjalan karena kakinya terkilir, tidak lama kemudian ada sebuah mobil pikkap lewat dan Yuritapun menyuruhnya berhenti untuk minta tolong mengantarkan Dita. Ternyata mobil pikkap itu milik kak Barna anak teman ayahnya Dita, jadi mereka sudah saling kenal. Dita pun mengenalkan kak Barna kepada Yurita dan Gendara. Kak Barna adalah kepala staf perusahaan pengerukan tanah. Gandarapun bercerita bahwa dia dan teman-temannya kemarin baru Dari sana untuk melihat lebih jelas lagi. Setelah berbincang-bincang dan mengucapkan terimakasih kepada Yurita dan Gandara kak Barnapun mengantarkan Dita pulang dan Gandarapun melanjutkan perjalanannya.
Suatu hari setelah pulang sekolah Gandara dan Upi berbincang-bincang. Ternyata secara diam-diam pak Hikmat orang tua Gandara telah mencarikan orang tua asuh untuk Upi. Dan yang paling membahagiakan lagi ternyata yang mengasuh Upi adalah paman Maulana dan bibi Gantika, beliau-beliau adalah paman Gandara. Bagi Upi kabar mendapat orang tua asuh adalah kabar yang sangat membahagiakan karena Upi dapat melanjutkan sekolah lagi.
Suatu hari setelah solat asar Gandara dan teman-temannya memenuhi undangan yang diberikan oleh kak Barna untuk datang ke perusahaan pengerukan tanah bagian pengiriman. Ketika hampir sampai Gandara melihat komplotan Karto, Marku, dan Dokir di belakang kantor kak Barna kira-kira berjarak 100 meter, kemudian gandara dan teman-temannya memperhatikannya, seakan-akan mereka sedang mengatur strategi. Gandara dan teman-temannya melanjutkan perjalanan. Tidak lama kemudian Gandara dan teman-temannya sampai di tempat kak Barna di sana sedang ada empat orang laki-laki kekar bertamu.

Saat Gandara dan teman-temannya datang kak Barna dan empat lelaki kekar itu tergesa-gesa mengakhiri pembicaraannya. Dan kak Barnapun menemui Gandara dan teman-temannya, kemudian mereka berbincang-bincang, kak Barna bercerita bahwa diproyek ini sering terjadi pencurian baik bahan pangan buat pegawai maupun alat-alat kerja. Lalu kak Barna mengajak mereka untuk melihat proyrk tapi sebelum berangkat Gandara bercerita tentang si Karto, Marku, dan Dokir tapi kak Barna hanya tersenyum dan berkata “tenang saja kalian tentang mereka”, kemudian merekapun melanjutkan perjalanan melihat proyek. Tidak lama kemudian empat orang laki-laki tadi kembali lagi menemui kak Barna dan berkata “semuanya sudah beres pak, mereka sudah kami tangkap”. Ternyata laki-laki kekar itu adalah seorang polisi. Kak Barnapun menceritakan kepada Gandara dan teman-temannya. Gandara dan teman-temanyapun meresa senang karena Upi sekarang sudah bebas tidak perlu bersembunyi lagi dan Upi tidak perlu takut lagi. Dengan membawa kabar gembira itu Gandara pulang, setelah sampai di rumah Gandara menceritakan kabar yang menggembirakan itu kepada Ayah, Ibu, dan Upi mereka sangat senang sekali. Yang lebih  menyenangkan lagi mulai besuk Upi akan diboyong kerumah paman dan bibi karena mereka mengangkat Upi menjadi anaknya.
   Karya:
Suryamaja

Perwatakan:
- GAndara                         : Baik hati, peduli pada lingkungan, dan pandai.
- Pak Hikmat                     : Baik hati dan penuh kasih.
- Bu Nurahmi                    : Baik hati dan peduli.
- Upi                                  : Rendah hati dan berani mengambil resiko.
- Karto, Marku dan Dokir : Jahat, tidak berperikemanusiaan.
- Yurita                              : Baik dan peduli.
- Enam teman Gandara     : Peduli pada lingkungan.
- Pak Kades                       : Bijaksana.
- Pekerja                            : Tidak menghargai orang lain.
- Dita                                 : Pemberani.
- Kak Barna                       : Baik hati dan pemberani.
- Paman Maulana              : Baik dan penyayang.
- Bibi Gantika                   : Mudah kasihan dan baik hati.
- 4 lelaki kekar (polisi)       : Pemberani dan cekatan. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar