Senin, 28 November 2011

ARTIKEL CANDI BOROBUDUR


SEJARAH CANDI BOROBUDUR

1.      Pendiri dan Waktu Didirikan
Sebuah prasasti yang berasal dari abad sembilan yang dietliti oleh Prof. DR. J.G Caspris, menyingkapkan tiga silsilah wangsa Syailendra yang berturut-turut memegang pemerintahan yaitu Raja Indra, putranya Samratungga, kemudian Putri Samratungga Pramoda Wardani. Pada waktu raja Samratungga berkuasa mulailah dibangun candi yang  bernama: Bumi Sam-Bharabudhara, yang dapat ditafsirkan sebagai bukti peningkatan kebajkan, setelah m elampaui sepuluh tingkat Bodhisatwa. Karena penyesuaian pada bahasa jawa agaknya, akhirnya Bhara Budhara menjadi Borobudur.
Dari tokoh Jacques Dumarcay seorang arsitek prancis memperkirakan bahwa candi borobudur berdiri pada zaman keemasan dinasti syailendra yaiotu pada tahun 750-850 M. keberhasilan yang luar biasa disamping pendirian Candi Borobudur, juga berhasil menjalankan keklaisaran khmer di Kamboja yang pada saat itu merupakan kerajaan yang besar. Setelah menjalankan kerajaan khmer, putra mahkota dibawa ke Indonesia (Jawa) dan setelah cukup dewasa dikembalikan ke Kamboja, yang kemudiaan menjadi raja yang bergelar Jayawarman II pada tahun 802.
Lebih lanjut Dumarcay merinci bahwa Candi Borobudur dibangun dalam 5 tahap dengan perkiran sebagai berikut:
  1. Tahap I ± th 775
  2. Tahap II ± th 790 (bersama dengan kalasan II, Lumbung I, Sojiwon I)
  3. Tahap III ± th 810 (Bersamaan dengan Kalasan III, Sewa III,Lumbung III dan Sojiwan II)
  4. Tahap IV ± th 835 (bersamaan dengan Gedong Songo Grop I, Sambi Sari, Badut I, Kuning, Banon, Sari dan Plaosan)
Setelah selesai dibangun, selama 150 tahun Borobudur merupakan pusat ziarah megah bagi penganut Budha. Tetapi dengan runtuhnya kerajaan Mataram sekitar tahun 930 M, pusat kekuasaan dan kebudayaan pindah ke Jawa Timur dan Borobudurpun hilang terlupakan.
Karena gempa dan letusan Gunung Merapi candi itu melesak mempercepat keruntuhannya. Sedangkan semak belukar tropis tumbuhan menutupi Borobudur dan pada abad-abad selanjutnya lenyap ditelan sejarah.

2.      Penemuan Kembali
Pada abad ke 18 Borobudur pernah disebut dalam salah satu kronik jiwa, Babad Tanah Jawi. Pernah juga disebut dalam naskah lain, yang menceritakan seorang pangeran Yogya yang mengunjungi gugusan seribu patung di Borobudur. Hal ini merupakan petunjuk bahwa bangunan candi itu ternyata tidak lenyap dan hancur seluruhnya.
Tetapi baru pada masa pemerintahan Inggris yang singkat (1811-1816) dibawah Sri Thomas Stanford Raffles pada tahun 1814, Candi Borobudur dibangkitkan dari tidurnya. Tahun 1915 ditugaskanlah H.C Cornelius seorang perwira Zeni agar mengadakan penyelidikan.
Cornelius yang mendapat tugas tersebut, kemudian mengerahkan sekitar 200 penduduk selama hampir dua bulan.
Sepuluh tahun kemudian stupa induknya, yang kedapatan sudah dalam keadaan terbongkar, dibersihkan pula bagian dalamnya, untuk kemudian diberi bangunan bamboo sebagai tempat menikmati pemandangan sambil minum teh.
Tahun 1885 Ijzerman mengadakan penyelidikan dan mendapatkan bahwa dibelakang batu kaki candi adalagi kaki candi lain yang ternyata dihiasi dengan pahatan-pahatan relief. Kaki Ijzerman termashur dengan desas-desus relief misterius yang menggambarkan teks karmawibanggayaitu suatu teks budhis yang melukiskan hal-hal yang baik dan buruk, masalah hokum sebab dan akibat bagi perbuatan manusia. Tahun 1890-1891 bagian relief itu dibuka seluruhnya kemudian dibuat foto oleh CEPHAS untuk dokumentasi, lalu ditutup kembali.





BAB III
PENYELAMATAN CANDI BOROBUDUR

1.      Pemugaran Pertama (VAN ERP tahun 1907-1911)
Karena keadaan Borobudur makin memburuk maka pada tahun 1900 dibentuklah panitia khusus, diketuai Dr. J.L.A Brandes. Sangat disayangkan bahwa Dr. J.L.A Brandes meninmggal pada tahun 1905 namun laporan bersama yang disusunnya tahun 1902 membuahkan rancangan pemugaran. Tahun 1907 dimulai pemugaran besar-besaran yang pertama kali dan dipimpin oleh Van Erp. Pekerjaan ini berlangsung selama empat tahun sampai tahun 1911 dengan biaya sekitar 100.000 Gulden dan sepersepuluhnya digunakan untuk pemotretan.
Kegiatan Van Erp antara lain memperbaiki system drainase, saluran-saluran pada bukit diperbaiki dan pembuatan canggal untuk mengarahkan aliran air hujan. Pada tungkat Rupadhatu, lantai yang melesak diratakan dengan menutup bagian yang melesak dengan campuran pasir dan tras atau semen sehingga air hujan mengalir melalui dwarajala atau gargoyle. Batu-batu yang runtuh dikembalikan dan beberapa bagian yang miring dan membahayakan diberi penguat. pada tingkat rupadhatu, 72 buah stupa terus dibongkar dan disusun kembali setelah dasarnya diratakan, demikian pula pada stupa induknya.
Pada tahun 1926 diadakan pengamatan, diketahui adanya pengrusakan sengaja yang dilakukan oleh wisatawan asing yang rupanya ingin memiliki tanda mata dari Borobodur.
Kemudian pada tahun 1926 dibentuklah panitia khusus untuk mengadakan penelitian terhadap batu relief –reliefnya. Penelitian panitia menyimpulkan ada 3 macam kerusakan yang masing-masing disebabkan oleh:
  1. Korosi yang disebabkan oleh pengaruh iklim.
  2. Kerja mekanis, yang disebabkan oleh tangan manusia atau kekuatan lain yang dating dari luar.
  3. Kekuatan tekanan, kerusakan karena tertekan karena tekanan batu-batunya berupa retak-retak, bahkan pecah-pecah.

2.      Pemugaran Kedua (Tahun 1973–1983)
Pada tahun 1968 pemerintah Repyblik Indonesia membentuk Panitia Nasional untuk membantu melaksanakan pemugaran Candi Borobudur. Pada tahun itu juga UNESCO akan membantu pemugaran. Pada tahun 1969 Presiden membubarkan Panitia Nasional dan membebankan tugasnya kepada Menteri perhubungan, bahwa pada tahun 1970 atas prakarsa UNESCO diadakan diskusi panel di Yogyakarta untuk membahas rencana pemugaran. Kesepakatan yang diperoleh adalah membongkar dan kemudian memasang kembali batu-batu bagian rupadhatu.
Kemudian pada tanggal 10 Agustus 1973 presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Candi Borobudur. Persiapan pemugaran memakan waktu selama 2 tahun dan kegiatan fisiknya yaitu dimulainya pembongkaran batu-batu candi dimulai tahun 1975.
Dengan menggerakkan lebih dari 600 pekerja serta batu sebanyak 1 juta buah. Bangunan candi yang dipugar adalah bagian Rupadhatu yaitu empat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar.
Kegiatan ini memakan waktu 10 tahun. Dan pada tanggal 23 Pebruari 1983 pemugaran Candi Borobudur dinyatakan selesai dengan diresmikan oleh presiden Soeharto dengan ditandai penandatanganan prasasti.
Prasasti tersebut bertuliskan:
Pada bagian yang menghadap keutara:
“Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa pemugaran Candi Borobudur diresmikan oleh presiden Republik Indonesia” Soeharto, Borobudur, 23 Februari 1983.
Pada bagian yang menghadap ketimur:
“Dalam melaksanakan pemugaran Candi Borobudur pemerintah Indonesia bekerja sama dengan UNESCO dibawah pimpinan Direktorat Jendral A MADOUMAHTAR M’BOW telah menerima sebagai berikut”
Negara anggota UNESCO:
Australia, Belanda, Belgia, Birma, Cyprus, Ghana, India, Inggris, Irak< Iran, Italia, Jepang, Jerman Barat, Kuwait, Luxemburg, Malaysia, Mauritius, Nigeria, Pakistan, Prancis, Philipina, Qatar, Selandia Baru, Singapura, Spanyol, Swiss, Tauzania, Thailand.
Fihak swasta:
-          Rakyat Indonesia di dalam dan di luar Negeri.
-          American Comite For Borobudur Inc.
-          Japan Association for The Restoration of Borobudur in Cooperation with the Asian Cultural Centre for UNESCO.
-          Commemorative Assocition of The Japan World Exporition.
-          Netherlands National Comitee for Borobudur.
-          General Lettery in the Netherlands.
-          Borobudur Restoration Supporting Group in Nogoya.
-          JDR 3rd fund New York.
-          International Bussiness Machines Corporation.
Usaha menyelamatkan Candi Borobudur dengan berjuta-juta Dolar mempunyai banyak manfaat bagi bangsa kita. Menurut Prof. Soekmono, sesungguhnya Candi Borobudur mempunyai nilai lain dari pada sekedar obyek wisata yang sebagai benteng pertahanan kebudayaan kita. Seperti peninggalan purbakala lainnya, Candi Borobudur manjadi penegak kepribadian bangsa kita dan candi sebagai bukti nyata dari prasasti nenek moyang kita sehingga menjadi kewajiban dan tanggung jawab bangsa kita untuk meneruskan keagungan Candi Borobudur kepada anak cucu kita.
Bantuan Internasional melalui UNESCO tidak semata-mata disebabkan beratnya beban yang harus dipikul, tetapi disebabkan oleh besarnya hasrat untuk mengajak sebanyak mungkin bangsa lain untuk menangani suatu proyek kemanusiaan seperti penyelamatan Candi Borobudur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar