SEJARAH CANDI BOROBUDUR
1. Pendiri dan Waktu Didirikan
Sebuah prasasti yang berasal dari abad sembilan yang
dietliti oleh Prof. DR. J.G Caspris, menyingkapkan tiga silsilah wangsa
Syailendra yang berturut-turut memegang pemerintahan yaitu Raja Indra, putranya
Samratungga, kemudian Putri Samratungga Pramoda Wardani. Pada waktu raja
Samratungga berkuasa mulailah dibangun candi yang bernama: Bumi Sam-Bharabudhara, yang dapat
ditafsirkan sebagai bukti peningkatan kebajkan, setelah m elampaui sepuluh
tingkat Bodhisatwa. Karena penyesuaian pada bahasa jawa agaknya, akhirnya Bhara
Budhara menjadi Borobudur .
Dari tokoh Jacques Dumarcay seorang arsitek prancis
memperkirakan bahwa candi borobudur berdiri pada zaman keemasan dinasti
syailendra yaiotu pada tahun 750-850 M. keberhasilan yang luar biasa disamping
pendirian Candi Borobudur, juga berhasil menjalankan keklaisaran khmer di
Kamboja yang pada saat itu merupakan kerajaan yang besar. Setelah menjalankan
kerajaan khmer, putra mahkota dibawa ke Indonesia (Jawa) dan setelah cukup
dewasa dikembalikan ke Kamboja, yang kemudiaan menjadi raja yang bergelar
Jayawarman II pada tahun 802.
Lebih lanjut Dumarcay merinci bahwa Candi Borobudur
dibangun dalam 5 tahap dengan perkiran sebagai berikut:
- Tahap I ± th 775
- Tahap II ± th 790 (bersama dengan kalasan II, Lumbung I, Sojiwon I)
- Tahap III ± th 810 (Bersamaan dengan Kalasan III, Sewa III,Lumbung III dan Sojiwan II)
- Tahap IV ± th 835 (bersamaan dengan Gedong Songo Grop I, Sambi Sari, Badut I, Kuning, Banon, Sari dan Plaosan)
Setelah selesai dibangun, selama 150 tahun Borobudur merupakan pusat ziarah megah bagi penganut
Budha. Tetapi dengan runtuhnya kerajaan Mataram sekitar tahun 930 M, pusat
kekuasaan dan kebudayaan pindah ke Jawa Timur dan Borobudurpun hilang
terlupakan.
Karena gempa dan letusan Gunung Merapi candi itu
melesak mempercepat keruntuhannya. Sedangkan semak belukar tropis tumbuhan
menutupi Borobudur dan pada abad-abad
selanjutnya lenyap ditelan sejarah.
2. Penemuan Kembali
Pada abad ke 18 Borobudur
pernah disebut dalam salah satu kronik jiwa, Babad Tanah Jawi. Pernah juga
disebut dalam naskah lain, yang menceritakan seorang pangeran Yogya yang
mengunjungi gugusan seribu patung di Borobudur .
Hal ini merupakan petunjuk bahwa bangunan candi itu ternyata tidak lenyap dan
hancur seluruhnya.
Tetapi baru pada masa pemerintahan Inggris yang
singkat (1811-1816) dibawah Sri Thomas Stanford Raffles pada tahun 1814, Candi
Borobudur dibangkitkan dari tidurnya. Tahun 1915 ditugaskanlah H.C Cornelius
seorang perwira Zeni agar mengadakan penyelidikan.
Cornelius yang mendapat tugas tersebut, kemudian
mengerahkan sekitar 200 penduduk selama hampir dua bulan.
Sepuluh tahun kemudian stupa induknya, yang kedapatan
sudah dalam keadaan terbongkar, dibersihkan pula bagian dalamnya, untuk
kemudian diberi bangunan bamboo sebagai tempat menikmati pemandangan sambil
minum teh.
Tahun 1885 Ijzerman mengadakan penyelidikan dan
mendapatkan bahwa dibelakang batu kaki candi adalagi kaki candi lain yang
ternyata dihiasi dengan pahatan-pahatan relief. Kaki Ijzerman termashur dengan
desas-desus relief misterius yang menggambarkan teks karmawibanggayaitu suatu
teks budhis yang melukiskan hal-hal yang baik dan buruk, masalah hokum sebab
dan akibat bagi perbuatan manusia. Tahun 1890-1891 bagian relief itu dibuka
seluruhnya kemudian dibuat foto oleh CEPHAS untuk dokumentasi, lalu ditutup
kembali.
BAB III
PENYELAMATAN CANDI BOROBUDUR
1. Pemugaran Pertama (VAN ERP tahun 1907-1911)
Karena keadaan Borobudur
makin memburuk maka pada tahun 1900 dibentuklah panitia khusus, diketuai Dr.
J.L.A Brandes. Sangat disayangkan bahwa Dr. J.L.A Brandes meninmggal pada tahun
1905 namun laporan bersama yang disusunnya tahun 1902 membuahkan rancangan
pemugaran. Tahun 1907 dimulai pemugaran besar-besaran yang pertama kali dan
dipimpin oleh Van Erp. Pekerjaan ini berlangsung selama empat tahun sampai
tahun 1911 dengan biaya sekitar 100.000 Gulden dan sepersepuluhnya digunakan
untuk pemotretan.
Kegiatan Van Erp antara lain memperbaiki system
drainase, saluran-saluran pada bukit diperbaiki dan pembuatan canggal untuk
mengarahkan aliran air hujan. Pada tungkat Rupadhatu, lantai yang melesak
diratakan dengan menutup bagian yang melesak dengan campuran pasir dan tras
atau semen sehingga air hujan mengalir melalui dwarajala atau gargoyle.
Batu-batu yang runtuh dikembalikan dan beberapa bagian yang miring dan
membahayakan diberi penguat. pada tingkat rupadhatu, 72 buah stupa terus
dibongkar dan disusun kembali setelah dasarnya diratakan, demikian pula pada
stupa induknya.
Pada tahun 1926 diadakan pengamatan, diketahui adanya
pengrusakan sengaja yang dilakukan oleh wisatawan asing yang rupanya ingin
memiliki tanda mata dari Borobodur.
Kemudian pada tahun 1926 dibentuklah panitia khusus
untuk mengadakan penelitian terhadap batu relief –reliefnya. Penelitian panitia
menyimpulkan ada 3 macam kerusakan yang masing-masing disebabkan oleh:
- Korosi yang disebabkan oleh pengaruh iklim.
- Kerja mekanis, yang disebabkan oleh tangan manusia atau kekuatan lain yang dating dari luar.
- Kekuatan tekanan, kerusakan karena tertekan karena tekanan batu-batunya berupa retak-retak, bahkan pecah-pecah.
2. Pemugaran Kedua (Tahun 1973–1983)
Pada tahun 1968 pemerintah Repyblik Indonesia membentuk Panitia
Nasional untuk membantu melaksanakan pemugaran Candi Borobudur. Pada tahun itu
juga UNESCO akan membantu pemugaran. Pada tahun 1969 Presiden membubarkan
Panitia Nasional dan membebankan tugasnya kepada Menteri perhubungan, bahwa pada
tahun 1970 atas prakarsa UNESCO diadakan diskusi panel di Yogyakarta untuk
membahas rencana pemugaran. Kesepakatan yang diperoleh adalah membongkar dan
kemudian memasang kembali batu-batu bagian rupadhatu.
Kemudian pada tanggal 10 Agustus 1973 presiden
Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Candi Borobudur. Persiapan pemugaran
memakan waktu selama 2 tahun dan kegiatan fisiknya yaitu dimulainya
pembongkaran batu-batu candi dimulai tahun 1975.
Dengan menggerakkan lebih dari 600 pekerja serta batu
sebanyak 1 juta buah. Bangunan candi yang dipugar adalah bagian Rupadhatu yaitu
empat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar.
Kegiatan ini memakan waktu 10 tahun. Dan pada tanggal
23 Pebruari 1983 pemugaran Candi Borobudur dinyatakan selesai dengan diresmikan
oleh presiden Soeharto dengan ditandai penandatanganan prasasti.
Prasasti tersebut bertuliskan:
Pada bagian yang menghadap keutara:
“Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa
pemugaran Candi Borobudur diresmikan oleh presiden Republik Indonesia”
Soeharto, Borobudur, 23 Februari 1983.
Pada bagian yang menghadap ketimur:
“Dalam melaksanakan pemugaran Candi
Borobudur pemerintah Indonesia
bekerja sama dengan UNESCO dibawah pimpinan Direktorat Jendral A MADOUMAHTAR
M’BOW telah menerima sebagai berikut”
Negara anggota UNESCO:
Australia, Belanda, Belgia, Birma, Cyprus, Ghana, India, Inggris,
Irak< Iran, Italia, Jepang, Jerman Barat, Kuwait, Luxemburg, Malaysia,
Mauritius, Nigeria, Pakistan, Prancis, Philipina, Qatar, Selandia Baru,
Singapura, Spanyol, Swiss, Tauzania, Thailand.
Fihak swasta:
-
Rakyat Indonesia
di dalam dan di luar Negeri.
-
American Comite For Borobudur Inc.
-
Japan
Association for The Restoration of Borobudur
in Cooperation with the Asian Cultural Centre for UNESCO.
-
Commemorative Assocition of The Japan World Exporition.
-
Netherlands
National Comitee for Borobudur .
-
General Lettery in the Netherlands .
-
Borobudur Restoration
Supporting Group in Nogoya.
-
JDR 3rd fund New York .
-
International Bussiness Machines Corporation.
Usaha menyelamatkan Candi Borobudur dengan
berjuta-juta Dolar mempunyai banyak manfaat bagi bangsa kita. Menurut Prof.
Soekmono, sesungguhnya Candi Borobudur mempunyai nilai lain dari pada sekedar
obyek wisata yang sebagai benteng pertahanan kebudayaan kita. Seperti
peninggalan purbakala lainnya, Candi Borobudur manjadi penegak kepribadian
bangsa kita dan candi sebagai bukti nyata dari prasasti nenek moyang kita
sehingga menjadi kewajiban dan tanggung jawab bangsa kita untuk meneruskan
keagungan Candi Borobudur kepada anak cucu kita.
Bantuan Internasional melalui UNESCO tidak semata-mata
disebabkan beratnya beban yang harus dipikul, tetapi disebabkan oleh besarnya
hasrat untuk mengajak sebanyak mungkin bangsa lain untuk menangani suatu proyek
kemanusiaan seperti penyelamatan Candi Borobudur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar